BRONCHIECTASIS/BRONKIEKTASIS : DIAGNOSA DAN PENGOBATAN
Bronkiektasis adalah suatu kondisi di mana tabung bronkial di paru-paru menjadi rusak akibat radang atau penyebab lainnya dan menyebabkan otot polos dari tabung bronkial hancur.
Selain itu, elastisitas bronkus sering hilang.
Bronkiektasis adalah hasil dari peradangan kronis yang ditambah dengan ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi mukoid.
Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi genetik yang mengakibatkan kegagalan untuk membersihkan dahak (primary ciliary dyskinesia), atau mengakibatkan dahak lebih kental (cystic fibrosis), atau akibat infeksi kronis atau berat.
Peradangan mengakibatkan kerusakan progresif dari arsitektur paru normal, khususnya serat elastis bronkus.
Banyak klinisi menganggap bronkiektasis sebagai bentuk penyakit paru obstruktif kronik (PPOK); Ini termasuk bronkitis kronis dan emfisema.
PENYEBAB
Bronkiektasis penyebabnya ada 2 :
- Acquired/di dapat
-Congenital/bawaan,
yang terakhir lebih sering.
Cystic fibrosis adalah penyebab hingga separuh kasus.
Penyebab pada 10-50% dari mereka yang tidak memiliki fibrosis kistik tidak diketahui;
Bronkiektasis tanpa CF dikenal sebagai bronkiektasis non-CF.
1.PENYEBAB ACQUIRED/DIDAPAT
-Tuberkulosis, pneumonia, benda asing yang dihirup, aspergilosis bronkopulmoner alergi dan tumor bronkial adalah penyebab utama bronkiektasis.
-Penyebab infeksi bronkiektasis meliputi infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus, Klebsiella, atau Bordetella pertussis, batuk rejan dan narsiskulosis mycobacteria.
-Aspirasi amonia dan gas beracun lainnya,
-aspirasi paru,
-alkoholisme,
-heroin (penggunaan narkoba),
-berbagai alergi
semuanya terkait dengan perkembangan bronkiektasis.
Berbagai faktor imunologi dan gaya hidup juga dikaitkan dengan perkembangan bronkiektasis:
-Childhood Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), yang merupakan predisposisi pasien terhadap berbagai penyakit paru-paru, seperti pneumonia dan infeksi oportunistik lainnya.
-Penyakit radang usus, terutama kolitis ulserativa.
Bisa juga terjadi pada penyakit Crohn, tapi jarang terjadi.
Bronkiektasis dalam situasi ini biasanya berasal dari berbagai respons alergi terhadap spora jamur inhalasi.
-Hernia Hiatal dapat menyebabkan bronkiektasis bila asam lambung yang disedot ke dalam paru-paru menyebabkan kerusakan jaringan.
-Orang dengan rheumatoid arthritis yang merokok tampaknya memiliki tingkat peningkatan sepuluh kali lipat penyakit.
-Laporan kasus tiroiditis Hashimoto dan bronkiektasis yang terjadi pada orang yang sama telah dipublikasikan.
Tidak ada penyebab yang diketahui pada 50% bronkiektasis non-kistik-fibrosis .
2.PENYEBAB CONGENITAL/BAWAAN
Bronkiektasis dapat terjadi akibat kelainan kongenital yang mempengaruhi motilitas silia atau pengangkutan ion.
-Sindrom kartagener adalah salah satu kelainan motilitas silia yang terkait dengan perkembangan bronkiektasis.
-Penyebab yang umum adalah cystic fibrosis, yang mempengaruhi transportasi ion klorida, di mana sejumlah kecil pasien mengalami bronkiektasis lokal yang parah.
-Sindrom Young, yang secara klinis mirip dengan fibrosis kistik, diperkirakan berkontribusi secara signifikan terhadap perkembangan bronkiektasis.
Hal ini disebabkan terjadinya infeksi kronis pada sinus dan bronchiol tree.
-Penyebab kongenital lainnya yang kurang umum termasuk imunodefisiensi primer, karena respons sistem kekebalan tubuh yang lemah atau tidak ada terhadap infeksi berulang yang parah yang umumnya menyerang paru-paru.
-Beberapa kelainan kongenital lainnya juga dapat menyebabkan bronkiektasis, termasuk sindrom Williams-Campbell dan sindrom Marfan.
-Orang dengan defisiensi alpha 1-antitrypsin telah ditemukan sangat rentan terhadap bronkiektasis, karena hilangnya penghambatan enzim elastase .
Hal ini menurunkan kemampuan alveoli untuk kembali normal selama ekspirasi.
TANDA DAN GEJALA
-Batuk yang produktif warna lendir hijau / kuning yang sering , sampai 240 ml (8 oz) setiap hari.
-Batuk dan produksi sputum mukopurulen sehari-hari, sering berlangsung berbulan-bulan sampai bertahun-tahun (klasik)
-Bronkiektasis mungkin juga hadir dengan batuk darah (hemoptisis) tanpa adanya sputum, yang disebut "bronkiektasis kering".
-Produksi sputum juga bisa terjadi tanpa warna.
-Sputum berdarah atau hemoptisis akibat kerusakan saluran nafas , berhubungan dengan infeksi akut
-Orang dengan bronkiektasis mungkin memiliki bau mulut, indikasi infeksi aktif.
-Dyspnea, nyeri dada pleuritik, mengi/wheezing, demam, lemas, kelelahan, dan penurunan berat badan, bisa terjadi.
-Crepitations dan rhonchi ekspirasi dapat terdengar pada auskultasi.
Eksaserbasi bronkiektasis dari infeksi bakteri akut dapat menghasilkan tanda-tanda berikut ini:
-Peningkatan produksi sputum
-Peningkatan viscidity dahak
-Bau busuk sputum (sesekali)
-Demam ringan (jarang)
-Meningkatnya gejala konstitusional (misalnya, kelelahan, malaise)
-Meningkatnya dispnea, sesak napas, mengi, atau nyeri pleura
Temuan pada pemeriksaan fisik tidak spesifik dan dapat mencakup hal-hal berikut:
-Crackles, rhonchi, wheezing, dan bunyi ketika inspirasi pada auskultasi
-Digital clubbing (2-3% pasien; lebih sering terjadi pada kasus sedang sampai berat)
-Sianosis dan plethora dengan polisitemia dari hipoksia kronis (jarang terjadi)
-Turun berat badan
-Polip hidung dan tanda-tanda sinusitis kronis
-Stigmata fisik cor pulmonale, pada penyakit lanjut
DIAGNOSIS
Diagnosis bronkiektasis meliputi:
1.Riwayat gejala pernafasan kronis yang kompatibel (misalnya batuk harian dan produksi dahak purulen)
2.Analisis sputum dapat memperkuat kecurigaan klinis
3.Radiografi dada terkadang cukup untuk mengkonfirmasikan diagnosis
4.Pemindaian tomografi resolusi tinggi (HRCT) adalah tes standar untuk diagnosis
Tes untuk mengidentifikasi penyakit yang mendasarinya meliputi:
1.Tingkat imunoglobulin kuantitatif, untuk menyingkirkan hipogamaglobulinemia
2.Tingkat serum alpha1-antitrypsin kuantitatif (AAT), untuk menyingkirkan defisiensi AAT
3.Aspergillus precipitins dan kadar IgE serum total, untuk mendiagnosa ABPA
4.Tes skrining autoimun
PENGOBATAN
Modalitas pengobatan meliputi :
1.Antibiotik dan fisioterapi dada merupakan pengobatan utama
2.Bronkodilator
3.Terapi kortikosteroid
4.Suplemen diet
5.Oksigen (dicadangkan untuk penderita hipoksemia dengan penyakit parah)
6.Rawat inap untuk eksaserbasi parah
7.Terapi bedah
Antibiotik durasi 7 – 10 hari, yang dapat diterima untuk pasien rawat jalan ringan sampai sedang :
1.Amoksisilin
2.Tetrasiklin
3.Trimethoprim-sulfamethoxazole
4.Macrolida yang lebih baru (misalnya, azitromisin [6] atau klaritromisin [7, 8])
5.Sefalosporin generasi kedua
6.Fluoroquinolone
Untuk pasien dengan gejala sedang sampai berat, pemberian antibiotika parenteral dapat ditunjukkan:
1.Aminoglikosida (misalnya gentamisin, tobramycin) dan
2.Penisilin sintetis antipseudomonal, sefalosporin generasi ketiga, atau fluoroquinolone
3.Tobramycin, untuk pasien yang terinfeksi mucoid Pseudomonas
Rekomendasi American Thoracic Society untuk pengobatan infeksi Mycobacterium avium complex (MAC) dalam setting bronkiektasis adalah sebagai berikut:
1.Terapi kombinasi dengan klaritromisin, rifampisin, etambutol
2.Pertimbangkan streptomisin sebagai obat keempat yang mungkin
3.Lanjutkan terapi sampai hasil kultur pasien negatif selama 1 tahun
4.Durasi terapi adalah 18-24 bulan
Tindakan Bedah untuk bronkiektasis merupakan tambahan terapi bagi pasien dengan penyakit fokal yang kurang terkontrol oleh antibiotik.
Indikasi lain untuk intervensi bedah mungkin termasuk yang berikut ini:
1.Pengurangan episode infektif akut
2.Pengurangan produksi sputum yang berlebihan
3.Hemoptisis yang massive (alternatifnya, embolisasi arteri bronkial dapat dicoba)
4.Penghilangan Benda asing atau pengangkatan tumor.
- Dr Agus Juanda/ Hiperkes Physician / Occupational Health Physician
- Email : ajuanda_id@yahoo.com
- HP : 08122356880